Pages

Sabtu, 08 September 2012

CANGKIR YANG INDAH


 
Sepasang opa dan oma sedang berbelanja disebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju pada sebuah cangkir indah. “Lihat cangkir itu,” kata si oma. “Kau benar, ini cangkir terindah yang pernah aku lihat,” sahut opa.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba – tiba cangkir itu berbicara, “Terima kasih atas penghargaan kalian, perlu diketahui bahwa dulu aku tidak indah.

Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang sangat buruk. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotornya melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar – mutar aku hingga aku merasa pusing. “Stop! Stop!” Aku berteriak, tetapi orang itu berkata “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang – ulang. “Stop! Stop!” teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukan aku ke dalam perapian. “Panas! Panas!” teriakku sekeras – kerasnya. “Stop! Cukup!” teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “Belum!”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderiataanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku.

Asapnya begitu memualkan. “Stop! Stop!” aku berteriak. Wanita itu berkata, “Belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. “Tolong! Hentikan penyiksaan ini”! sambil menangis aku berteriak sekuat – kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar – benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkanku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu indah.

Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
“Saudara, seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu – satunya cara bagi Tuhan untuk mengubah hidup kita supaya menjadi indah dan memancarkan kemuliaanNya. “Saudara – saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apapun.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

 
Blogger Templates