Mengkomentari suatu tindakan itu memang lebih mudah dibanding mencarikan jalan keluar yang terbaik.Sudah wajar hal semacam itu terjadi,harap maklum. Komentar itu terjadi karena ada salah satu pihak yang tidak puas atau sebaliknya ,tergantung bagaimana perasan kita menerima suatu kejadian.Akhirnya akan melibatkan kadar emosi seseorang untuk dasar komentar,kalau lagi baik.komentarnya baik,kalau lagi bête komentanya bête juga.itulah manusia penuh dengan basa-basi.Kalau tidak boleh dibilang kepalsuan atau kemunafikan.Mengapa demikian???Mari kita cermati sama-sama
Kita mulai dengan cerita kancil yang menyimbulkan kecerdikan.
Pak tani hari itu sangat kesal sekali melihat tanamannya diobrak abrik oleh kancil,pak tani sibuk memetik buah yang masih tersisa sambil mengomel”kalau tidak segera dipanen besuk bisa jadi tidak tersisa alias tidak kebagian, kusisakan sedikit untuknya biar besuk sibrengsek itu kemabali dan kujebak dia”.Benar firasat pak tani.sikancil benar-benar kembali dan salah satu diantara mereka ada yang tertangkap.Dengan perasan puas pak tani membawa pulang si kancil,dan pak tani berencana menyembelihnya.Seperti cerita biasanya.kancil sudah menyiapkan rencana kabur.tapi kali ini kancil tidak memanfaatkan binatang lain menjadi korbannya.kancil kali ini tidak mau merugikan binatang lain,bijak sekali kancil kali ini.siang harinya pak tani sudah mendapati kancil dalam keadaan mati membusuk lidahnya keluar dan dikerumuni lalat.kecewa pak tani melihat kejadian itu dendamnya tak terbalaskan.diambilnya si kancil dan dibuang begitu saja.Apa yang terjadi?,
Pak tani hari itu sangat kesal sekali melihat tanamannya diobrak abrik oleh kancil,pak tani sibuk memetik buah yang masih tersisa sambil mengomel”kalau tidak segera dipanen besuk bisa jadi tidak tersisa alias tidak kebagian, kusisakan sedikit untuknya biar besuk sibrengsek itu kemabali dan kujebak dia”.Benar firasat pak tani.sikancil benar-benar kembali dan salah satu diantara mereka ada yang tertangkap.Dengan perasan puas pak tani membawa pulang si kancil,dan pak tani berencana menyembelihnya.Seperti cerita biasanya.kancil sudah menyiapkan rencana kabur.tapi kali ini kancil tidak memanfaatkan binatang lain menjadi korbannya.kancil kali ini tidak mau merugikan binatang lain,bijak sekali kancil kali ini.siang harinya pak tani sudah mendapati kancil dalam keadaan mati membusuk lidahnya keluar dan dikerumuni lalat.kecewa pak tani melihat kejadian itu dendamnya tak terbalaskan.diambilnya si kancil dan dibuang begitu saja.Apa yang terjadi?,
pak tani terperanjat,ternyata kancil melompat kegirangan dan melarikan diri.kejadian ini bukan cerita,ini kejadian nyata disebuah perkampungan transmigrasi dipropinsi lampung(sungguh luar biasa dan begitu Agungnya Alloh yang menciptakannya) .Beberapa orang disekitar pak tani mulai berkomentar macam-macam.sepeti yang penulis utarakan diatas,yang baik ya komentanya baik,yang gak suka ya komentarnya bernada fals.Kenapa demikian karena yang komentar memang bukan pak tani sendiri sebagai pelaku kejadian.Pak tani sendiri malah merenung dan menyesal kenapa terjadi demikian.Seandainya………..!!!
Nah…..Seandainya inilah penyebab munculnya bermacam-macam komentar.Kata seandainya itu cenderung menjatuhkan vonis kepada pelaku apapun yang dinilai tidak berhasil menurut pandangan dan pendengaran.otomatis yang berperan disini mata dan telinga.dilanjutkan dengan pak hakim dengan ucapan “mulut”.Berawal dari sini berbagai persoalan dan masalah lanjutan bermunculan.dan puluhan bahkan ratusan komentar akan menyertainya.tak akan pernah selesai sebuah masalah bila hanya dikomentari.tapi lebih bijak bila dicarikan jalan keluarnya dan ada tindakan baru sebagai penyempurna dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang membuat suatu tindakan dikatakan gagal.Komentar hanya akan menambah kegagalan disegala segi.bila setiap komentar itu diambil hati dan diikuti.
Contoh :
Dalam suatu lomba ketrampilan 3 orang murid berlomba membuat bentuk kubus dalam waktu 2 jam dan masing-masing peserta dapat menyelesaikan dengan baik,setelah dinilai dan pengumuman juaranya disertai dengan komentar.tanpa disertai dengan tindakan perbaikan dari pihak juri, akan muncul ketidak puasan dari pihak yang kalah.karena masing-masing peserta merasa miliknya sudah baik dan paling baik.
Dibandingkan dengan tanpa komentar dari juri dan juri mengumumkan dan menunjukkan hasil lomba yang sudah ada tindakan perbaikan.tentu saja peserta akan menyadari dan tahu dimana letak kekurangannya yang menyebabkan peserta menyadari kekalahannya.
Contoh lain :
Seorang bapak melihat anaknya sudah ketahuan ada diatas pohon yang agak tinggi,lalu bapak tadi mengomel serta merta menyuruh anaknya turun tanpa tindakan apapun, dan bandingkan dengan bapak tadi tanpa komentar dan segera lari kebelakang rumah ambil tangga dan segera meletakkan pada pohon yang dinaiki anaknya tadi. Mana yang lebih baik???
Dari urain diatas dapat kita simpulkan bahwa yang namanya Komentar itu lebih banyak mudorotnya daripada maslahatnya(tergantung dari siapa yang dikomentari).Kasarnya lebih banyak jeleknya dari pada baiknya.lantas bagaimana dengan kritik yang notabene orang yang tidak mau menerima kritik tidak akan bisa dapat kemajuan dan tidak akan pernah tahu kekuranganya?.Walluhualam.Kata guru penulis sih( bukan guru silat).”Jaga Ahlakmu,jangan bicara kalau gak dimimta,bicaralah seperlunya,diam itu emas,banyak bicara itu lebih dekat dengan celaka”.Lagian buang-buang energy aja.Kalau ada yang kurang menurutmu bertindaklah dengan berahlakul karimah..……..Wasssalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar